Pontianak (iainptk.ac.id) – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) IAIN Pontianak mengadakan kegiatan Visiting Class yang mengangkat tema kebudayaan Borneo, bekerja sama dengan mahasiswa riset dari Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) pada 7 Oktober 2024. Acara berlangsung di ruang 313 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak.
Kegiatan ini dihadiri oleh 22 mahasiswa PIAUD dari IAIN Pontianak dan 6 mahasiswa dari UNIMAS, dengan arahan dari Bayu Fitra Prisuna, M.Pd., selaku dosen pendamping, serta Dr. Yapandi Ramli, M.Pd., pengampu mata kuliah Islam dan Budaya Borneo.
Bayu Fitra Prisuna, M.Pd., memaparkan tentang proses riset yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Pontianak dan UNIMAS dalam acara Festival Budaya yang digelar oleh Kerajaan Pakunegara Tayan. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana kedua universitas berkolaborasi untuk memperdalam pemahaman tentang tradisi dan budaya lokal di Tayan, Kalimantan Barat.
Dalam diskusi, Dr. Yapandi Ramli, M.Pd., mengungkapkan pentingnya memahami hubungan antara Islam dan budaya lokal di kawasan Borneo. “Budaya lokal di Indonesia dikenal sebagai budaya Nusantara. Di Malaysia, kita melihat beragam budaya seperti kucing Sarawak, dan banyak kesamaan dalam adat istiadat, seperti budaya anak lake (ritual tujuh bulanan saat hamil pertama) dan adat pernikahan,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa budaya Borneo, yang meliputi Kalimantan, Sarawak, Brunei Darussalam, dan Sabah, memiliki kesamaan yang kuat. “Ketika kita membahas Borneo, budayanya sangat kaya dan beragam, namun tetap terhubung satu sama lain,” tambahnya.
Mahasiswa UNIMAS turut mempresentasikan hasil riset mereka yang berfokus pada kebudayaan di Kabupaten Tayan. Mereka menyoroti adat istiadat lokal seperti Perang Ketupat sebagai bentuk perayaan tolak balak dan mandi bunting, yang menunjukkan kesejajaran antara adat di Tayan dan Sarawak. Selain itu, mereka juga mempelajari makam raja-raja di Tayan yang pernah menjadi khalifah di wilayah tersebut.
Diskusi ini disambut antusias oleh mahasiswa PIAUD. Salah seorang mahasiswa mengatakan, “Saya tidak tahu bahwa banyak kesamaan antara budaya di Tayan dan Sarawak. Ini membuat saya lebih menghargai adat istiadat kita.” Sementara mahasiswa lainnya menambahkan, “Sungguh menarik mengetahui bagaimana bahasa Melayu di Tayan dan Sarawak memiliki banyak kesamaan, yang memperlihatkan pengaruh silang budaya di kawasan perbatasan.”
Melalui acara ini, para peserta memperoleh wawasan baru tentang kekayaan budaya Borneo dan diharapkan dapat mempererat kolaborasi lintas negara dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pertukaran budaya di masa depan.
Penulis : Rosi/Farli
Editor : Bambang