Pontianak – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Pontianak kembali menggelar Bincang Pontianak Heritage (BPH) pada Selasa (23/9/2025) di Aula Abdurani Mahmud Al-Yamani, Kampus IAIN Pontianak. Pada sesi kelima ini, tema yang diangkat adalah Tempat Ibadah Bersejarah di Kota Pontianak, dengan fokus khusus pada masjid tua yang memiliki nilai sejarah dan menjadi identitas penting kota khatulistiwa.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua LP2M IAIN Pontianak, Dr. Usman, M.Pd.I. Dalam arahannya, ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai ruang bersama untuk merawat warisan sejarah dan budaya kota. “Melestarikan masjid bersejarah tidak hanya menjaga bangunannya, tetapi juga menjaga identitas kolektif kita sebagai warga Pontianak. Generasi muda perlu menjadi garda terdepan dalam upaya ini,” ujarnya.
Dua narasumber utama kemudian memberikan pemaparan. Andry Fitriyanto, M.Ud, menyampaikan materi berjudul “Bincang Pontianak Heritage sebagai Laku Reproduksi Budaya”. Menurutnya, sejarah tidak boleh hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis. “Warisan budaya itu hidup, ia terus diproduksi ulang dalam praktik sosial masyarakat sehari-hari. Karena itu, kita harus aktif terlibat dalam merawatnya,” jelasnya.
Sementara itu, Ahmad Sofian membawakan materi “Situs Masjid dan Surau Bersejarah di Kota Pontianak”. Ia menyoroti pentingnya Masjid dan Surau tua sebagai pusat spiritual, sosial, sekaligus rekam jejak sejarah kota. “Masjid tua bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang yang merekam perjalanan panjang Pontianak. Jika kita kehilangan jejak ini, kita kehilangan bagian penting dari diri kita sendiri,” tegasnya.
Peserta yang hadir berasal dari beragam latar belakang, muali dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalbar, Guru dan siswa SMK Pariwisata, Akademisi/Dosen, pegiat Literasi, serta komunitas masyarakat umum. Antusiasme tinggi membuat BPH sesi 5 ini mencatat rekor baru dengan jumlah peserta terbanyak, sekitar 130 orang, yang aktif berpartisipasi sepanjang diskusi.
Kegiatan ini juga didukung oleh sponsorship dari Kopi Aming dan Young Living Essential Aroma Therapy. Suasana semakin semarak dengan adanya stand pameran buku karya dosen dan mahasiswa IAIN Pontianak, serta penjualan produk parfum yang mendapat perhatian peserta.
Salah seorang peserta dari HPI Kalbar, misalnya, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Kami sangat senang bisa terlibat. Diskusi ini memperkaya wawasan kami tentang potensi wisata sejarah di Pontianak, khususnya masjid tua yang sarat nilai budaya,” tuturnya.
Diskusi berlangsung hangat dengan berbagai pertanyaan mengenai peran generasi muda dalam pelestarian situs bersejarah serta tantangan modernisasi. Panitia menegaskan bahwa masjid tua di Pontianak bukan hanya simbol keagamaan, tetapi juga bagian dari rekam jejak budaya masyarakat yang perlu dijaga bersama.
Dengan semangat kolaborasi lintas kalangan, Bincang Pontianak Heritage sesi 5 diharapkan menjadi momentum lahirnya inisiatif nyata dalam riset, dokumentasi, dan konservasi tempat ibadah bersejarah. Harapannya, nilai luhur peninggalan masa lalu tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Penulis : Mila
Editor : Bambang