-

Kisah Penghafal Al-Qur’an 30 Juz, Syf. Ummi Kalsum Kuliah di IAIN Pontianak

Di sebuah desa kecil yang terletak di tepian sungai, hiduplah seorang gadis muda bernama Syarifah Ummi Kalsum. Nama itu mungkin terdengar sederhana, tetapi kisah hidupnya, oh, sungguh luar biasa.

Dari lahir, Syarifah Ummi Kalsum tumbuh di Kabupaten Kuburaya. Air sungai menyertai langkah-langkahnya saat dia belajar berjalan dan berbicara. Pendidikan dasar dia mulai di SDN 27 Sungai Udang, mengikuti jejak ke SMPN 2 Sungai Kakap, dan terakhir melanjutkan SMA di SMAN 2 Sungai Kakap. Tetapi saat selesai SMA, dia memutuskan untuk mengikuti panggilan hatinya yang unik.

Begitu lulus SMA, dia tidak langsung melanjutkan ke perguruan tinggi seperti kebanyakan orang. Sebaliknya, dia memilih untuk mendalami pendidikan agama di Pondok Pesantren PPTQ Al-Mustaqimiyyah di Bogor, Jawa Barat. Itu adalah keputusan yang berani. Di sana, dalam kurun waktu empat tahun, dia mencurahkan dirinya untuk memahami dan menghafal Al-Qur’an dari juz 1 sampai juz 30. Itu bukan tugas yang mudah, tetapi dia gigih.

Di PPTQ Al-Mustaqimiyyah, dia juga memperdalam pemahaman tentang berbagai ilmu agama. Ketika tamat, dia pulang ke Kalimantan Barat dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di IAIN Pontianak.

“Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah sunnah, tapi menjaganya adalah kewajiban,” begitu dia berkata. Dia tahu betul betapa besar ujian penghafal Al-Qur’an, terutama ketika godaan malas dan berbagai rintangan datang silih berganti. Untuk mempertahankan hafalannya, dia menjadwalkan membaca Al-Qur’an setidaknya lima jus sehari atau hatam enam kali dalam sebulan. Baginya, Al-Qur’an bukan hanya bacaan rutin, tetapi sahabat yang selalu menemaninya.

Motivasi dia sederhana: “Dengan menghafal Al-Quran, saya berharap dapat syafa’at Al-Quran di akhirat dan memberikan hadiah terbaik bagi orang tua saya, terutama ibu saya yang telah tiada.” Bagi Ummi, belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya adalah cara untuk memuliakan kedua orang tuanya.

Pilihan kuliahnya di IAIN Pontianak bukanlah keputusan sembarangan. Dia memilih Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) FTIK IAIN Pontianak dengan alasan yang jelas. Menurutnya, Prodi PAI lebih memungkinkan untuk mendalami ilmu agama. Dia bermimpi menjadi seorang pendidik yang mampu menyampaikan ilmu dengan baik dan benar. Keputusan ini bukan hanya dari dirinya, tetapi juga dukungan dari keluarga tercinta.

Lahir dari keluarga sederhana, orang tuanya adalah petani padi. Meski hanya lulus SD, mereka berhasil menyekolahkan anak-anak mereka hingga menjadi sarjana. Mereka ingin anak-anaknya melampaui apa yang mereka capai. Ummi selalu mendapatkan dukungan tanpa tekanan.

Salah satu anugerah besar dalam hidupnya adalah mendapatkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) 0 di IAIN Pontianak hingga selesai kuliah. Ini sangat membantu keluarganya, terutama ayahnya yang sudah tua dan tidak dapat bekerja keras seperti dulu. Ini adalah bantuan besar dalam masalah ekonomi.

Ummi memiliki cita-cita besar. Dia ingin menerapkan ilmu yang dia pelajari, baik dalam aspek umum maupun agama, untuk membentuk generasi yang Qur’ani, berakhlakul karimah, beretitut, dan berwawasan luas. Dia adalah bukti hidup bahwa semangat, tekad, dan cinta kepada ilmu dapat membawa seseorang jauh melampaui batas yang pernah mereka bayangkan.

Mengikuti langkah-langkahnya yang penuh semangat, kita semua dapat belajar untuk tak pernah menyerah dalam mengejar impian kita, serta berbagi kebaikan dengan orang lain. Syarifah Ummi Kalsum adalah contoh hidup yang menginspirasi, dan semoga perjalanannya terus menerangi jalan bagi yang lain.

IAIN Pontianak saat ini memiliki Program UKT 0 bagi Tahfidz, Penyandang Disabilitas dan Tidak Mampu. Terdapat puluhan mahasiswa IAIN Pontianak yang memperoleh UKT 0, Ummi merupakan satu contoh diantaranya. Saat ini Ummi sedang mengikuti kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun 2023 di IAIN Pontianak.

Penulis : Bambang Eko Priyanto

Editor : Omar Mukhtar

Print Friendly, PDF & Email