-

PSGA IAIN Pontianak dan PKK Kota Pontianak Teken MoU

Pontianak (iainptk.ac.id)-, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) IAIN Pontianak melalui Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) menghelat seminar yang bertajuk Membentuk Perempuan Tangguh Menuju Negara Kuat di Industri 4.0.

Kegiatan seminar dirangkai dengan menandatanganan MoU bersama Ketua PPK Kota Pontianak Dr. Hj. Yanieta Arbiastutie, MM., M.Sc.

Kegiatan dilaksanakan di Gedung Rektorat Lantai 4. Jum’at, (08/11/2019) IAIN Pontianak.

Kepala Pusat Studi Gender dan Anak Fitri Kusumayanti, S.Sos.,M.Si menyampaikan pandangannya “Untuk membentuk perempuan tangguh menuju Negara kuat di Industri 4.0. sengaja diambil mengingat permaslahan kesetaran gender menjadi isu global dan masih memiliki proses panjang bahwa masih banyak agenda gender yang belum dituntaskan dan menjadi polemik.

’’Hadirnya era Industri 4.0 membuka peluang bagi siapa saja, tanpa adanya skat perbedaan gender. Sehingga pada seharusnya bisa dimanfaatkan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan karena memiliki prospek yang menjanjikan sebagai bagian dari peradaban dunia.’’paparnya.

Pemberdayaan perempuan menjadi suatu hal mutlak yang harus melakukan berbagai program baik yang disponsori oleh pemerintah, maupun masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya kesadaran individu dan sinergi antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

’’Dalam mengembangkan potensi pemberdayaan perempuan di Indonesia, semoga dengan terselenggaranya kegiatan yang digelar studi gender dan anak, bermanfaat dalam pembinaan keluarga dan dalam pembentukan pembentukan organisasi perempuan” ungkapnya disela penyampaikan kata sambutan.

Lebih lanjut ketua PKK Kota Pontianak, Dr. Hj. Yanieta Arbiastutie, MM., M.Sc mengapresiasi luar biasa sebagai pengurus PKK terselenggaranya kegiatan ini kemudian dirangkai dengan penandatangan MoU bersama Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) sebagai organisasi kemasyarakatan, yang memberdayakan wanita.
.
”Meskipun dalam kepengurusan PKK ini tidak semua wanita. Ada lelaki diantara wanita. Karena sudah takdirnya wanita pasti ada diantara pria, dan pria ada diatara wanita” jelas Yanieta Arbiastutie, yang sekaligus istri Walikota Pontianak.

Oranisasi kemasyarakatan membantu pemerintah dalam melaksanakan program kerja. Program PKK juga mengakar dari bawah ke atas apapun yang pada masyarakat akan kami sosialisasikan dan sudah 29 kelurahan dari 6 kecamatan memiliki anggota maupun kader PKK yang ada di Kota Pontianak. Kalau pengurus saja sudah berjumlah 150 belum lagi ditambah kader.

“Dengan adanya penandatanganan MoU ini bisa bekerjasama karena banyak kegiatan yang bisa disinergikan dengan Pusat Study Gender dan Anak. Di seminar gender dan anak menuju arah industry 4.0, bahwa di Kota Pontianak ini, masih didapati adanya perempuan dan anak yang mengalami kekerasan, dan adanya stunting dengan adanya revolusi industri 4.0 ini sebagai perempuan dituntut untuk mandiri, cerdas kreatif dan menggali potensi diri kita yang ada dalam diri kita, memberikan apa yang kita miliki untuk dimanfaatkan kepada masyarakat” terangnya.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, S. Ag. MA
mengutarakan “Kita baru mau masuk 4.0 itupun kita tidak mengetahui apa bendanya 4.0. Saya tidak menganggap latah tetapi setidaknya, intinya adalah disebut 4.0 juklak juknispun belum ada, tetapi spanduk sudah dimana bertebaran 4.0 hari ini tenaga manusia diminimkan diganti dengan kemajuan teknologi, berupa yang ada di medsos, ceramah hari ini tidak perlu di halaman yang besar, karena cukup lewat hanphone dengan begitu dapat menangkap tantangan inti, 4.0.

‘’Saya agak risih kalau disebut era industi 4.0 masuk ke IAIN, karena kita bukan pabrik oleh karena IAIN subjek industri 4.0. Karena banyak orang IAIN menggunakan teknologi, oleh karena itu kita menjadi subjek’’ ungkapnya.

Kerjasama anatar PPK Kota Pontianak dan IAIN cq. PSGA, sesuai porsi dan tusi IAIN Pontianak, IAIN sebagai satu-satunya perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, oleh karena itu mesti punya partisipasi yang riil. Saya mempunyai gerakan anti ritualistik. Anti ahli kalam, artinya tukang cakap-cakap. Kita mau mengriilkan semua yang dicakapkan menjadi program nyata untuk kalau kita mempunyai sains untuk bersama, kita lakukan bersama.

Kekerasan terhadap anak terutama pendidikan ini memandang terkait kepahaman agama. Ada satu fakta yang menjadi tantangan kita, terutama Ibu PKK dan PSGA. Anggaran sangat minim, karena anggaran hanya untuk sekali kegiatan. Kalau IAIN Pontianak memandang kiranya manusia ini baik saja, tidak berkelahi tidak memaki, hasut, iri dengki memfitnah, tak mengambil yang bukan haknya. Tidak konflik, maka Tuhan tidak perlu mengutus para nabi, tak perlu manusia diajarkan agama,

Yang masuk ke IAIN mengambil porsi PTKIN seluruh Indonesia itu, melalui resit Jakarta yang masuk perguruan tinggi dari non madrasah.

Majelis taklim PKK sebagai utama. Karena minimnya pemaham agama kepada anak kita, pendidikan agama di masyarakat.

‘’PKK mendirikan sekolah diniyah, persoalan ekonomi bukan masalah. Banyak orang miskin t ygetapi baik. Berharap walikota mempunyai kebijakan, pendidikan hari ini tidak menjadi indicator generasi anak bangsa. Pendidkan agama tidak masuk Ujian nasional. Jadi hari ini anak sekolah tidak semangat belajar agama karena dianggap tidak menjadi penilaian kelulusan. Terpenting matematika bagus, Bahasa Inggris bagus, persetan dengan anak itu tidak memilki adab terhadap sama orantua. Pengetahuan agama tidak menjadi indikator ini terlalu besar, buat kegiatan untuk menopang berkaitan dengan norma agama.

Jangan hanya mengundang penceramah yang bikin ketawa, memberikan solusi keagamaan. Membuat bimbel keagamaan, jangan hanya kuliah untuk mengejar pegawai negeri
ercacat 67 juta sarjana, IAIN saja diberi formasi 52 orang saja, ini pun tidak terisi semua karena menggunakan CAT sehingga tidak ada nepotisme dalam penerimaannya.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email