STAIN Pontianak Resmi Menjadi IAIN Pontianak

image_pdfimage_print

Persemian IAIN

Pontianak (Pinmas) —- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak resmi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Peresmian dilakukan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Kampus IAIN Pontianak yang ditandai dengan pemukulan rebana, Selasa (01/04).

Hadir dalam acara tersebut Dirjen Pendis Nur Syam, Sesditjen Pendis Kamaruddin Amin, Direktur Diktis Dede Rosyada, Kapuslitbang Lektur dan Khazanah Choirul Fuad Yusuf,  Pejabat Pemda Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Kakanwil Kemenag Kalbar, sejumlah pimpinan PTAIN, tokoh agama dan  masyarakat serta civitas akademik IAIN Pontianak.

Wamenag mengatakan, momentum hari  perubahan ini merupakan hari yang paling bersejarah tidak hanya bagi masyarakat Kalbar tapi bagi negara Indonesia. Saat ini sudah ada 17 IAIN di seluruh Indonesia. Perubahan status ini mengandung  konsekwensi yang sangat dalam, bahwa tidak hanya perubahan simbolik dari STAIN ke IAIN.

Wamenag mengilustrasikan bahwa perubahan ini perubahan dari sebuah kolam kecil menjadi danau besar dan menjadi samudra di masa mendatang.“Jadi tidak hanya statusnya yang berubah tapi harus diringi dengan perubahan sikap mental civitas akademiknya,” tutur Wamenag.

Wamenag menandaskan bahwa perubahan ini sangat  tepat seiring  dengan tantangan yang sudah hadir di sekitar kita. Tantangan itu di antaranya menggejalanya sejumlah isme yang harus mendapat perhatian dan  jadi fokus seluruh pemikir.

Tantangan tersebut yaitu, meruwahnya radikalisme yang tidak sejalan dengan semangat NKRI, terorisme dan ekslufisme yang harus dikikis dengan pendekatan iklusivisme. Liberalisme dalam berbagai bidang juga harus jadi perhatian, termasuk hedonisme kehidupan.

Wamenag juga mengkritisi mewabahnya pragmatisme. Menurutnya, apa jadinya bila masyarakat hanya mau berfikir standar dan tidak mau jlimet. Tantangan lain adalah meningkatnya konsumerisme. PTAN  harus mampu memberikan jawaban atas suguhan iklan yang mendorong meningkatnya konsumerisme masyarakat, termasuk sinkretisme yang tidak sejalan dengan upaya pertumbuhan ekonomi yang diridhai Tuhan.

Problem lain yang menjadi catatan Wamenag adalah tren nasionalisme sempit. Baginya, nasionalisme harus terbuka yang diakomodasi oleh UUD.  “Masih banyak persoalan masyarakat yang menjadi tanggung jawab kita. Insya Allah kehadiran IAIN ini mampu mendampingi dan menjadi solusi masyarakat saat ini,” terang Wamenag.

Nasaruddin kembali menandaskan bahwa PTAN yang paling penting tidak hanya statusnya yang berubah. Tapi bagaimana menciptakan konsep baru. “Jangan kalah oleh IAIN yang sudah mendahului. Dalam umur boleh muda, kualitas tidak boleh kalah,” kata Wamenag.

Nasaruddin Umar memaparkan harapannya agar PTAIN harus berkembang menjadi universitas riset. Menurutnya, saat ini ciri Perguruan Tinggi (PT) kita didominasi model Teaching University. Dalam model ini, PT lebih bertujuan pada proses knowledge transfer, sama seperti sekolah menengah.

Dari segi metode, PT seperti ini juga masih one way, strategi yang digunakan masih linear. “Sudah saatnya berubah, paling tidak dikombinasikan menjadi universitas riset. Tujuannya menciptakan pengetahuan baru melalui riset mendalam. Ini harus dipersiapkan,” kata Wamenag.

Pengembangan UIN selanjutnya  adalah menjadi interpreneur university yang bertujuan menciptakan inovasi, menciptakan produk yang dikonsumsi global. Kaitanya dengan keberadaan sejumlah UIN, menurut Nasaruddin menjadi ada jendela untuk mengadopsi interpeneur universty. “Jadi  tidak boleh ada alumni yang menganggur,” ujar Wamenag.

Wamenag menantang, jika seluruh persyaratan untuk menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), Kemenag tidak boleh menunda untuk menjdikan UIN. Wamenag berharap seluruh IAIN menjadi UIN. Jika pemerintah daerah dan stakeholders bahu membahu menatap bersama,  IAIN Pontianak memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi UIN.

“Kita tidak lagi hidup dalam kolam kecil, tapi dalam danau luas. Sehingga bisa mencapai prestasi terbaik di masa mendatang. Tingkatkan mutu dan kinerjanya, termasuk konsentrasi dan pola pikirnya,” ujar Wamenag.

Dalam sambutannya Gubernur Kalbar menyampaikan bahwa  hadirnya IAIN Pontianak menjadi kebanggaan masyakat Kalbar dan akan menghasilkan indeks positif bagi masyarakat Kalbar, khususnya di bidang pendidikan. Menurut Gubernur, IAIN Pontianak diharapkan mampu melahirkan lulusan terbaik dan berkontribusi bagi pemerintah daerah khususnya dalam bidang pendidikan.

Menanggapi pertanyaan sejumlah wartawan tentang tidak dilantiknya rektor IAIN berbarengan dengan peresmian IAIN. Dirjen Pendis Nur Syam mengatakan bahwa peresmian IAIN tidak mesti dibarengi dengan pelantikan rektor IAIN. “Tidak ada hal yang krusial terkait dengan tidak dilantiknya rektor saat peresmian IAIN Pontianak,” ujar Nur Syam.

Dalam kesempatan tersebut, Wamenag juga melaunching draft Al-Quran terjemahan bahasa Dayak Kanayan dan melakukan kunjungan ke pondok pesantren Darul Ulum, Pontianak.  (dm/mkd)

Sumber: http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=183506

Print Friendly, PDF & Email